Aksi itu Syiar |
Selasa, 29 Nopember 2016 adalah hari jadi Kepulauan Selayar, yang ke-411. Pada hari itu saya bertolak dari dermaga TPI menuju pulau Kayuadi Kec. Takabonerate. Jadwal keberangkatan kapal motor milik juragan "Dg. Patompo" yang saya tumpangi molor hingga menjelang Ashar, yang biasanya setelah Dhuhur kapal motor sudah mulai meninggalkan dermaga, namun kali ini tidak karena menunggu beberapa penumpang yang belum kunjung datang, mungkin karena mereka ikut perayaan hari jadi Kepulauan Selayar yang ke-411.
Setelah semua penumpang naik di kapal motor, termasuk saya dan tiga teman lainnya yaitu Jufri Dg. Rate, Asrul Jaya dan Darmawanto, kapalpun mulai berlayar dengan tenang menuju pulau Kayuadi. Diantara penumpang ada Pak Kapolsek yang tugas di Kayuadi, saya sempat sapa dan salami beliau, dan mengutarakan tujuan keberangkatan kami ke Kayuadi, yaitu untuk mengisi pengajian di masjid Assunnah dusun Bontodato'. Sehari sebelumnya saya sudah komunikasi dengan Irfan Abu hafshah agar acara ini diketahui oleh minimal Kepala Dusun dan Kepala Desa serta Pak Kapolsek. Beliau memberikan respon positif dan menilai pengajian yang akan kami lakukan itu bagus. Beliau sempat tanya kegiatan pengajiannya atas nama apa? wahdah islamiyah? atau jama'ah kerung-kerung. Saya jawab, atas nama pribadi karena kami belum memiliki yayasan apalagi ormas, sebagian teman yang ikut di rombongan menjelaskan kalau dakwah yang kami bawa dekat dan sejalan dengan pesantren As Sunnah binaan al Ustadz Dzulqarnain yang ada di Baji Rupa, beliau-pun akhirnya paham dan tahu "BAJI RUPA" karena pernah berada dalam wilayah kerjanya ketika menjabat sebagai Kapolsek MARISO. Beliau menceritakan bahwa kondisi masyarakat Kayuadi dalam segi agama sudah bagus, meskipun mayoritas kaum muslimin jama'ah jum'at mengambil atau melaksanakan sholat dhuhur lagi setelah selesai menunaikan kewajiban sholat jum'at. Seperti itulah amalan yang mereka dapatkan dari pendahulu mereka. Pembicaraan kami dengan Pak Kapolsek relatif singkat namun sudah bisa dinilai bahwa beliau adalah sosok yang bershahabat, semoga Allah senantiasa menjaganya dan memberikan taufiq dan hidayah kepadanya agar tetap kokoh diatas agamanya dan menjadikannya pembela Islam dan kaum muslimin.
Di tengah perjalanan antara Pulau Selayar Appatanah dan Pulau Bahuluang, "qoddarallah" mesin tengah kapal motor yang kami tumpangi mati. Dengan tenang dan cekatan para ABK segera memperbaiki kebocoran yang terjadi pada mesin tersebut, hanya sekitar satu jam oleng diatas laut akhirnya perjalanan dilanjutkan kembali. Kami-pun tiba dengan selamat tak kurang satu apapun di Pulau Kayuadi sekitar jam satu malam.
Salah satu hikmah yang cukup menggugah kami pada saat perjalanan ini adalah bekal yang kami bawa untuk dinikmati diperjalanan sungguh sangat banyak sekali, lebih dari cukup dan tidak mungkin bisa dihabiskan oleh 4 orang, semoga perjalanan menuju kampung akhirat kita membawa bekal yang lebih banyak lagi -harapan kami-.
Agenda Safari Dakwah
Agenda utama safari dakwah kali ini adalah Kajian Ilmiyah membaca kitab Syarah Nawaqidhil Islam yang disusun oleh Asy Syaikh Sholeh bin Fauzan -hafidzhahullah- yang berlangsung sesuai jadwal dari pukul 09.00 WITA sampai menjelang dhuhur. Panitia menyiapkan makan siang ala kadarnya bagi para peserta. Pada daurah yang pertama ini, pembahasan yang sempat dibaca hanya sebatas muqaddimah, penjelasan tentang apa itu pembatal keislaman dan insya Allah akan dilanjutkan pada daurah berikutnya masuk pada pembahasan pembatal keislaman yang pertama yaitu "SYIRIK".
Selain agenda utama diatas, agenda taklim lainnya adalah setiap selesai sholat subuh dan antara magrib dan isya. Diantara materi yang kami angkat adalah tentang:
- Keutamaan Sabar;
- Keutamaan Ilmu Amal dan Dakwah;
- Ta'awun dalam Ilmu dan Dakwah;
- Hidup bersama al Qur'an dan membelanya;
- Cabang-Cabang Keimanan antara lain menghilangkan gangguan di jalanan;
- Tanda dan sebab diterimanya amal ibadah;
Itu sebagian materi yang sempat kami sampaikan dan sengaja diangkat disini agar tidak lupa sehingga materi kajian berikutnya tidak berulang dengan tema yang sama.
Menu Istimewa
Safari dakwah kali ini memberikan kesan tersendiri bagi saya pribadi, bagaimana tidak? selama 36 tahun hidup di muka bumi baru kali ini saya menikmati lezatnya lobster mulai dari yang dibakar sampai yang direbus, ada tiga jenis lobster yang dihidangkan panitia pada saat jamuan makan, meskipun tanpa sayuran hijau dengan hanya ditemani sayur sop dari kol dan ikan sunu masak kari, plus cobe'-cobe'nya, patittilang bahasa Selayarnya itu sudah lebih dari cukup untuk memaksa lidah kami mengucapkan syukur kepada ilahi.
Mendengar kami akan makan lobster salah satu ikhwan dari kampung Bajo keheranan, kenapa kita mau makan "loster" katanya, bukankah loster itu lubang ventilasi yang biasanya terbuat dari kayu atau campuran semen yang dipasang diatas jendela. Ternyata dia salah dengar, loster seharusnya lobster, yang bahasa daerahnya disebut kalaurang, ada juga yang mirip lobster namanya lokki' ada lagi yang lain yang juga masih sejenis udang laut tempurung kepalanya besar, tapi saya tidak sempat tanya apa namanya. Disini di Kayuadi ini saya belajar makan hasil laut tangkapan teman-teman nelayan, mulai dari berbagai jenis ikan, kerang-kerangan dan udang laut yang terkenal dengan nama lobster. Ini salah satu alasan kenapa rasanya selalu ingin kembali ke pulau ini.
Hasil Tangkapan dengan Alat Sederhana |
Salah satu pesan yang sering saya ulangi ke teman-teman secara khusus dan warga Kayuadi kec. Takabonerate secara umum adalah agar menjaga kelestarian alam dan lingkungan terutama laut jangan sampai dirusak dengan bom atau bius, gunakan alat tangkap yang tidak merusak lingkungan dan selalu taati regulasi dan aturan pemerintah terkait dengan hasil laut.
212 Kembali Menuju Benteng Selayar
Jum'at 2 Desember 2016, Setelah selesai taklim ba'da sholat subuh, dan ngopi di kediaman Dg Mana'i, rombongan segera menuju ke kapal motor milik juragan "Dg. Sajuang". Jadwal pulang ini juga molor dari waktu yang direncanakan, seharusnya kami pulang sehari sebelumnya yaitu hari kamis, setekah sholat dhuhur tapi karena kapal motor yang kami tumpangi belum selesai menaikkan seluruh muatannya berupa hasil perkebunan dengan berbagai macam jenis pisang yang didominasi pisang tanduk dan juga kopra, maka juragan kapal menunda keberangkatan sampai jum'at pagi. Angin bertiup cukup kencang demikian pula ombak cukup tinggi layar kapal-pun dibentangkan entah apa tujuannya, tapi kelihatannya untuk memanfaatkan angin kencang barang kali atau agar kapal tidak terlalu oleng dan tetap stabil meski dihempas gelombang. Alhamdulillah setelah beberapa jam mengarungi lautan dan sempat menurunkan barang di pulau Manarai akhirnya kami tiba dengan selamat di dermaga TPI Benteng, sekitar pukul 4 sore.
Itulah kisah aksi heroik kami dalam mengarungi lautan yang berombak karena menjelang musim angin barat demi ziarah mengunjungi saudara seiman di pulau Kayuadi untuk berbagi faedah ilmu mulai dari tanggal 29 Nopember 2016 yang bertepatan dengan hari jadi Kepulauan Selayar yang ke-411 sampai dengan hari Jum'at 2 Desember 2016.
"Maka berbicaralah kamu berdua (Musa & Harun Alaihimassalam) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang LEMAH LEMBUT, mudah-mudahan ia ingat atau takut" [TQS. Thoha (20):44]