رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا"Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan"
Cara Belajar Santri Aktif (CBSA)
Pada zaman dahulu kala, ketika singgah di pesantren Umar bin Khottob di desa Sugihan kabupaten Lamongan demikian pula di pesantren Darul Atsar di Panceng, Banyutengah, kabupaten Gresik. Metode belajar yang paling baik agar mudah menerima dan menguasai ilmu yang dipelajari adalah dengan banyak membaca atau membaca berulangkali kitab yang akan dikaji. Seorang santri yang aktif akan membaca kitab yang dipelajarinya minimal tiga kali. Pada saat membaca pertama kali istilahnya "persiapan", artinya mempersiapkan diri sebelum memulai proses belajar mengajar di hadapan ustadz. "Persiapan" ini bisa dilakukan dengan berbagai macam bentuk, diantaranya dengan membaca sendiri jika sudah memiliki bekal ilmu alat atau bahasa arab berupa ilmu nahwu dan shorof, atau "persiapan" membaca bersama santri-santri senior. Membaca yang kedua dilakukan dihadapan ustadz, tentu tidak semua mendapatkan giliran untuk membaca kitab yang akan dikaji, apalagi jika jumlah santri yang mengikuti dars [pelajaran] pada saat itu cukup banyak. Pada saat membaca yang kedua kali ini, memiliki kesan yang sangat mendalam karena seorang santri akan ditegur dan dikoreksi baik ketika cara membacanya, apalagi ketika menerjemahkan kitab yang dibacanya ada kekeliruan didalamnya. Sangat berkesan karena teguran dan koreksian tersebut akan tertanam dalam memori santri bahkan terpatri dengan kuat sehingga dia tidak akan terjatuh lagi dalam kekeliruan yang sama. Selanjutnya "membaca" yang ketiga adalah ketika kembali ke asrama atau pada saat meninggalkan majelis bersama ustadz. Membaca yang ketiga ini biasa diistilahkan dengan "muraja'ah" maksudnya mengulang kembali pelajaran yang baru saja dipelajari di hadapan ustadz. Proses membaca satu kitab pada kali ketiga ini semakin menguatkan dalam memahami dan menguasai kitab tersebut. Proses "muraja'ah" pelajaran ini bisa dilakukan sendiri-sendiri atau bersama dengan santri lainnya.
Metode belajar dengan cara membaca minimal tiga kali materi pelajaran yang ingin dikuasai bisa diterapkan dimana saja dan kapan saja, dan ini bukan monopoli pondok pesantren. Pelajaran apapun yang ingin dikuasai, baca dulu minimal tiga kali;
Disamping itu, membaca dan membaca serta terus membaca merupakan anjuran dan perintah yang terdapat dalam banyak ayat Al Qur'an, [baca : Bacalah...!!!]
Praktikum
Alhamdulillah, dengan izin Allah Ta'ala, kemudian tanggapan dan penerimaan yang baik dari salah seorang panitia, pengurus sekaligus imam masjid Agung Al Umaraini Benteng Kab. Kepulauan Selayar serta dukungan teman-teman dan para jama'ah, mulai tanggal 19 Al Muharran 1437 H bertepatan dengan 2 Nopember 2015 M, akan diadakan kajian rutin setiap malam selasa, antara magrib dan isya, dengan membaca kitab Al Wajiz Fie Syarh Aqidah Ibn Abi Zaid [w. 386 H], yang disusun oleh Asy Syaikh Al Amin Al Haj Muhammad Ahmad, seorang ustadz [guru besar] pengampu bidang studi fiqh dan aqidah di Universitas International Afrika di Khurtum, Sudan.
Mengingat metode belajar efektif yang disebutkan diatas, maka dianjurkan bagi setiap peserta yang ingin menguasai kitab tersebut, untuk tidak hanya duduk manis mendengar pembacaan kitab tersebut. Tapi hendaknya memegang dan berusaha membaca dan membaca serta terus membaca kitab tersebut sebelum, pada saat dan setelah kajian berlangsung.
Link Download Kitab Al Wajiz Fie Syarh Aqidah Ibn Abi Zaid :
Pada zaman dahulu kala, ketika singgah di pesantren Umar bin Khottob di desa Sugihan kabupaten Lamongan demikian pula di pesantren Darul Atsar di Panceng, Banyutengah, kabupaten Gresik. Metode belajar yang paling baik agar mudah menerima dan menguasai ilmu yang dipelajari adalah dengan banyak membaca atau membaca berulangkali kitab yang akan dikaji. Seorang santri yang aktif akan membaca kitab yang dipelajarinya minimal tiga kali. Pada saat membaca pertama kali istilahnya "persiapan", artinya mempersiapkan diri sebelum memulai proses belajar mengajar di hadapan ustadz. "Persiapan" ini bisa dilakukan dengan berbagai macam bentuk, diantaranya dengan membaca sendiri jika sudah memiliki bekal ilmu alat atau bahasa arab berupa ilmu nahwu dan shorof, atau "persiapan" membaca bersama santri-santri senior. Membaca yang kedua dilakukan dihadapan ustadz, tentu tidak semua mendapatkan giliran untuk membaca kitab yang akan dikaji, apalagi jika jumlah santri yang mengikuti dars [pelajaran] pada saat itu cukup banyak. Pada saat membaca yang kedua kali ini, memiliki kesan yang sangat mendalam karena seorang santri akan ditegur dan dikoreksi baik ketika cara membacanya, apalagi ketika menerjemahkan kitab yang dibacanya ada kekeliruan didalamnya. Sangat berkesan karena teguran dan koreksian tersebut akan tertanam dalam memori santri bahkan terpatri dengan kuat sehingga dia tidak akan terjatuh lagi dalam kekeliruan yang sama. Selanjutnya "membaca" yang ketiga adalah ketika kembali ke asrama atau pada saat meninggalkan majelis bersama ustadz. Membaca yang ketiga ini biasa diistilahkan dengan "muraja'ah" maksudnya mengulang kembali pelajaran yang baru saja dipelajari di hadapan ustadz. Proses membaca satu kitab pada kali ketiga ini semakin menguatkan dalam memahami dan menguasai kitab tersebut. Proses "muraja'ah" pelajaran ini bisa dilakukan sendiri-sendiri atau bersama dengan santri lainnya.
Metode belajar dengan cara membaca minimal tiga kali materi pelajaran yang ingin dikuasai bisa diterapkan dimana saja dan kapan saja, dan ini bukan monopoli pondok pesantren. Pelajaran apapun yang ingin dikuasai, baca dulu minimal tiga kali;
- Baca materi sebelum proses belajar mengajar (PBM) dimulai,
- Baca materi pada saat PBM berlangsung,
- Baca materi setelah PBM selesai.
Disamping itu, membaca dan membaca serta terus membaca merupakan anjuran dan perintah yang terdapat dalam banyak ayat Al Qur'an, [baca : Bacalah...!!!]
الوجيز في شرح عقيدة ابن أبي زيد |
Praktikum
Alhamdulillah, dengan izin Allah Ta'ala, kemudian tanggapan dan penerimaan yang baik dari salah seorang panitia, pengurus sekaligus imam masjid Agung Al Umaraini Benteng Kab. Kepulauan Selayar serta dukungan teman-teman dan para jama'ah, mulai tanggal 19 Al Muharran 1437 H bertepatan dengan 2 Nopember 2015 M, akan diadakan kajian rutin setiap malam selasa, antara magrib dan isya, dengan membaca kitab Al Wajiz Fie Syarh Aqidah Ibn Abi Zaid [w. 386 H], yang disusun oleh Asy Syaikh Al Amin Al Haj Muhammad Ahmad, seorang ustadz [guru besar] pengampu bidang studi fiqh dan aqidah di Universitas International Afrika di Khurtum, Sudan.
Mengingat metode belajar efektif yang disebutkan diatas, maka dianjurkan bagi setiap peserta yang ingin menguasai kitab tersebut, untuk tidak hanya duduk manis mendengar pembacaan kitab tersebut. Tapi hendaknya memegang dan berusaha membaca dan membaca serta terus membaca kitab tersebut sebelum, pada saat dan setelah kajian berlangsung.
Link Download Kitab Al Wajiz Fie Syarh Aqidah Ibn Abi Zaid :
"Maka berbicaralah kamu berdua (Musa & Harun Alaihimassalam) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang LEMAH LEMBUT, mudah-mudahan ia ingat atau takut" [TQS. Thoha (20):44]