Kab. Kepulauan Selayar | Kec. Bontoharu | Kel. Putabangun |
Pulau Selayar merupakan pulau terbesar dari ribuan pulau di Kabupaten Kepulauan Selayar, di Pulau Selayar ini-lah terletak ibu kota Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu Kota Benteng. Pulau Selayar sendiri jika dilihat panjang bentang jalannya dari arah utara dermaga Pamatata sampai ke arah selatan Appatana hanya sekitar 100km panjang bentang jalannya. Jadi sudah bisa dibayangkan, kira-kira luasnya berapa, yang tentunya lebarnya tidak sama dengan panjangnya.
Berawal dari niat yang kuat untuk datang meminang gadis Selayar akhirnya, Saya putuskan untuk datang langsung menemui kedua orang tuanya yang masih hidup di Selayar, dari sinilah pengalaman ini bermula. Apa itu Selayar dan dimana itu selayar -pada waktu itu- saya tidak tahu sama sekali, tapi beberapa hari sebelum berangkat menuju Selayar yang masih sebatas niat, saya dipertemukan dengan seseorang, yang setelah berkenalan ternyata orang asli Selayar. Umurnya masih muda waktu itu di akhir tahun 2008, dia kelahiran 1990, masih muda-kan..?!?!?. Namanya sebut saja Abdullah dari Kayuadi. Dari dia saya mengorek sedikit informasi tentang Selayar, khususnya "Bagaimana caranya agar bisa sampai dengan selamat di Selayar". Saya diberikan no. HP salah seorang sopir bis trayek Makassar Selayar PP.
Untuk bisa sampai di Selayar, ada dua alternatif rute yang bisa ditempuh yaitu melalui "udara" dan atau melalui jalur "darat+laut". Saya sendiri sampai sekarang belum pernah mencoba jalur udara, yang konon katanya hanya "sekejap", ketika pesawat lepas landas dari Bandar Udara Hasanuddin di Makassar, belum sempat tertidur, pesawat sudah mendarat lagi di Bandar Udara Aroeppala Selayar.
Untuk jalur "darat+laut", ada dua jenis angkutan khusus yang beroperasi, ada bis eksekutif full AC dan ada bis ekonomi. Untuk membedakan dua jenis angkutan ini cukup mudah, yang eksekutif itu bisnya besar dan ber-AC sementara yang bis ekonomi lebih kecil dan tanpa AC, tarifnya tentu berbeda. itu dulu, kalau sekarang sudah ada angkutan khusus alias travel yang bukan bis, dengan fasilitas antar jemput sampai di tujuan. Waktu itu saya pagi-pagi sekali sudah ke Terminal Mallengkeri, karena belum tahu secara pasti jadwal keberangkatan bis meninggalkan terminal Mallengkeri Makassar menuju terminal Bonea Selayar. Yang saya tahu jadwal bis hanya satu kali dalam sehari, artinya kalau ketinggalan bis pada hari itu maka harus menunggu bis lagi ke-esokan harinya.
Setelah sampai di terminal Mallengkeri, penumpang yang akan berangkat menuju Selayar sangat banyak sekali, maklum hari libur setelah lebaran Idul Fitri. Di jalan masuk terminal para kondektur dan kernet sudah menanyakan tujuan mau kemana? jawab saja dengan jujur mau ke "Selayar", setelah itu akan ditanya lagi sudah mendaftar mobil atau belum, jika belum, nanti akan di arahkan ke mobilnya. Saya untuk pertama kalinya ke Selayar mau mencoba yang kelas ekonomi saja, bis tanpa AC. Setelah lihat kiri kanan, akhirnya dapat mobil yang kelihatannya masih baru, lalu beli tiketnya waktu itu seharga Rp. 80.000,-
Setelah menunggu beberapa jam di terminal Mallengkeri, sekitar jam 09.00 WITA akhirnya mesin mobil mulai di starter dan penumpang dipanggil agar segera naik ke mobil. Penumpang sangat banyak sekali, bagi saya ini sudah overload. Bahkan parahnya no. kursi yang ada di tiket-pun doble, sehingga kursi yang seharusnya saya duduki sesuai dengan no. kursi di tiket, ternyata telah di ambil dan di duduki orang lain, untung saja yang ambil kursiku itu kaum hawa, coba kalau kaum Adam, tentu lain ceritanya. Akhirnya saya dengan ikhlas dan pasrah harus duduk di kursi plastik di lorong mobil tanpa AC yang penuh sesak dengan penumpang.
Para penumpang diberi kesempatan untuk turun ISHOMA Istirahat SHOlat dan MAkan siang di Kabupaten Bantaeng. Mobil berhenti dan parkir di depan Rumah Makan Bawakaraeng, kebanyakan penumpang makan siang di tempat ini, dengan menu andalan KONRO. Di Rumah Makan ini juga disediakan tempat ibadah bagi penumpang muslim. Setelah ISHOMA perjalanan dilanjutkan menuju Dermaga Bira Bulukumba, yang pada waktu itu tiba sekitar pukul 16.00 WITA.
Setelah sampai di dermaga Bira di Bulukumba, mobil berhenti bukan sejenak tapi cukup lama menunggu, karena kapal fery belum datang bahkan belum terlihat sama sekali batang hidungnya, berangkat sendiri ke Selayar tanpa seorangpun kenalan yang menemani membuat rasa ini sangat kesepian ketika harus menunggu lagi kedatangan kapal fery. Mobil yang lain jurusan Makassar Selayar semuanya parkir dan para penumpang-pun turun untuk cari angin di sekitar dermaga. Pada saat itu saya bertemu dengan orang yang sering berdiri dihadapan saya -sebagai imam- ketika sholat berjama'ah di Masjid dekat SPBU di Jl. Alauddin dekat Kampus UNISMUH. Namanya Utsman, S.Sos.I -mohon maaf jika nama dan gelar tidak sesuai-. Rasa bosan yang seharusnya ada karena menunggu, akhirnya sirna terganti dengan rasa semakin percaya diri tidak khawatir lagi tidak ada teman yang menemani menuju ke Selayar.
Matahari hampir tenggelam, KMP. Bontoharu sudah sandar di dermaga Bira Bulukumba, proses bongkar muat mobil dan penumpang-pun di mulai tidak lebih dari satu jam, setelah mobil dan penumpang naik di kapal fery, fery-pun berlayar menuju Selayar. Cuaca cukup tenang dan bersahabat pada waktu itu, karena ada waktu-waktu tertentu dimana ombak besar dan arus yang kuat serta angin yang kencang menyebabkan ditundanya pelayaran dari dan menuju Selayar. Cuaca buruk seperti itu dipengaruhi oleh musim, ada Musim Barat dan ada Musim Timur, dengan karakteristik yang berbeda. Jika cuaca buruk seperti itu terjadi maka otomatis pelayaran ditunda bukan hanya sejam dua jam tapi bahkan bisa berhari-hari, yang menyebabkan banyak penumpang yang ingin ke Selayar, terlantar di dermaga Bira Bulukumba.
Lama waktu penyeberangan dari Bira Bulukumba ke Pamatata Selayar, rata-rata dua jam. Sementara perjalanan darat dari dermaga Pamatata menuju terminal Bonea Benteng Selayar memakan waktu satu jam lebih tergantung banyaknya penumpang atau barang yang turun dan diturunkan sebelum sampai di Terminal Bonea.
Hampir pukul sepuluh malam, Bis yang saya tumpangi baru tiba di Terminal Bonea, malam itu juga saya menyelesaikan tujuan utama kedatangan saya di Pulaua Selayar, sebagaimana yang sudah disebutkan diparagraf kedua tulisan ini. Setelah agenda utama selesai sekitar jam satu malam, saya-pun tidur istirahat dengan tenang. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali berangkat lagi menuju ke Terminal Bonea Benteng Selayar. Kali ini saya memilih menumpangi mobil bis kelas eksekutif Full AC.
Sekitar jam sembilan pagi, saya tinggalkan terminal Bonea Benteng Selayar menuju terminal Mallengkeri Makassar, dengan lirih saya ucapkan dalam hati "tunggu kedatangan saya berikutnya di hari yang telah disepakati".
Berawal dari niat yang kuat untuk datang meminang gadis Selayar akhirnya, Saya putuskan untuk datang langsung menemui kedua orang tuanya yang masih hidup di Selayar, dari sinilah pengalaman ini bermula. Apa itu Selayar dan dimana itu selayar -pada waktu itu- saya tidak tahu sama sekali, tapi beberapa hari sebelum berangkat menuju Selayar yang masih sebatas niat, saya dipertemukan dengan seseorang, yang setelah berkenalan ternyata orang asli Selayar. Umurnya masih muda waktu itu di akhir tahun 2008, dia kelahiran 1990, masih muda-kan..?!?!?. Namanya sebut saja Abdullah dari Kayuadi. Dari dia saya mengorek sedikit informasi tentang Selayar, khususnya "Bagaimana caranya agar bisa sampai dengan selamat di Selayar". Saya diberikan no. HP salah seorang sopir bis trayek Makassar Selayar PP.
Untuk bisa sampai di Selayar, ada dua alternatif rute yang bisa ditempuh yaitu melalui "udara" dan atau melalui jalur "darat+laut". Saya sendiri sampai sekarang belum pernah mencoba jalur udara, yang konon katanya hanya "sekejap", ketika pesawat lepas landas dari Bandar Udara Hasanuddin di Makassar, belum sempat tertidur, pesawat sudah mendarat lagi di Bandar Udara Aroeppala Selayar.
Untuk jalur "darat+laut", ada dua jenis angkutan khusus yang beroperasi, ada bis eksekutif full AC dan ada bis ekonomi. Untuk membedakan dua jenis angkutan ini cukup mudah, yang eksekutif itu bisnya besar dan ber-AC sementara yang bis ekonomi lebih kecil dan tanpa AC, tarifnya tentu berbeda. itu dulu, kalau sekarang sudah ada angkutan khusus alias travel yang bukan bis, dengan fasilitas antar jemput sampai di tujuan. Waktu itu saya pagi-pagi sekali sudah ke Terminal Mallengkeri, karena belum tahu secara pasti jadwal keberangkatan bis meninggalkan terminal Mallengkeri Makassar menuju terminal Bonea Selayar. Yang saya tahu jadwal bis hanya satu kali dalam sehari, artinya kalau ketinggalan bis pada hari itu maka harus menunggu bis lagi ke-esokan harinya.
Setelah sampai di terminal Mallengkeri, penumpang yang akan berangkat menuju Selayar sangat banyak sekali, maklum hari libur setelah lebaran Idul Fitri. Di jalan masuk terminal para kondektur dan kernet sudah menanyakan tujuan mau kemana? jawab saja dengan jujur mau ke "Selayar", setelah itu akan ditanya lagi sudah mendaftar mobil atau belum, jika belum, nanti akan di arahkan ke mobilnya. Saya untuk pertama kalinya ke Selayar mau mencoba yang kelas ekonomi saja, bis tanpa AC. Setelah lihat kiri kanan, akhirnya dapat mobil yang kelihatannya masih baru, lalu beli tiketnya waktu itu seharga Rp. 80.000,-
Setelah menunggu beberapa jam di terminal Mallengkeri, sekitar jam 09.00 WITA akhirnya mesin mobil mulai di starter dan penumpang dipanggil agar segera naik ke mobil. Penumpang sangat banyak sekali, bagi saya ini sudah overload. Bahkan parahnya no. kursi yang ada di tiket-pun doble, sehingga kursi yang seharusnya saya duduki sesuai dengan no. kursi di tiket, ternyata telah di ambil dan di duduki orang lain, untung saja yang ambil kursiku itu kaum hawa, coba kalau kaum Adam, tentu lain ceritanya. Akhirnya saya dengan ikhlas dan pasrah harus duduk di kursi plastik di lorong mobil tanpa AC yang penuh sesak dengan penumpang.
Para penumpang diberi kesempatan untuk turun ISHOMA Istirahat SHOlat dan MAkan siang di Kabupaten Bantaeng. Mobil berhenti dan parkir di depan Rumah Makan Bawakaraeng, kebanyakan penumpang makan siang di tempat ini, dengan menu andalan KONRO. Di Rumah Makan ini juga disediakan tempat ibadah bagi penumpang muslim. Setelah ISHOMA perjalanan dilanjutkan menuju Dermaga Bira Bulukumba, yang pada waktu itu tiba sekitar pukul 16.00 WITA.
Setelah sampai di dermaga Bira di Bulukumba, mobil berhenti bukan sejenak tapi cukup lama menunggu, karena kapal fery belum datang bahkan belum terlihat sama sekali batang hidungnya, berangkat sendiri ke Selayar tanpa seorangpun kenalan yang menemani membuat rasa ini sangat kesepian ketika harus menunggu lagi kedatangan kapal fery. Mobil yang lain jurusan Makassar Selayar semuanya parkir dan para penumpang-pun turun untuk cari angin di sekitar dermaga. Pada saat itu saya bertemu dengan orang yang sering berdiri dihadapan saya -sebagai imam- ketika sholat berjama'ah di Masjid dekat SPBU di Jl. Alauddin dekat Kampus UNISMUH. Namanya Utsman, S.Sos.I -mohon maaf jika nama dan gelar tidak sesuai-. Rasa bosan yang seharusnya ada karena menunggu, akhirnya sirna terganti dengan rasa semakin percaya diri tidak khawatir lagi tidak ada teman yang menemani menuju ke Selayar.
Matahari hampir tenggelam, KMP. Bontoharu sudah sandar di dermaga Bira Bulukumba, proses bongkar muat mobil dan penumpang-pun di mulai tidak lebih dari satu jam, setelah mobil dan penumpang naik di kapal fery, fery-pun berlayar menuju Selayar. Cuaca cukup tenang dan bersahabat pada waktu itu, karena ada waktu-waktu tertentu dimana ombak besar dan arus yang kuat serta angin yang kencang menyebabkan ditundanya pelayaran dari dan menuju Selayar. Cuaca buruk seperti itu dipengaruhi oleh musim, ada Musim Barat dan ada Musim Timur, dengan karakteristik yang berbeda. Jika cuaca buruk seperti itu terjadi maka otomatis pelayaran ditunda bukan hanya sejam dua jam tapi bahkan bisa berhari-hari, yang menyebabkan banyak penumpang yang ingin ke Selayar, terlantar di dermaga Bira Bulukumba.
Lama waktu penyeberangan dari Bira Bulukumba ke Pamatata Selayar, rata-rata dua jam. Sementara perjalanan darat dari dermaga Pamatata menuju terminal Bonea Benteng Selayar memakan waktu satu jam lebih tergantung banyaknya penumpang atau barang yang turun dan diturunkan sebelum sampai di Terminal Bonea.
Hampir pukul sepuluh malam, Bis yang saya tumpangi baru tiba di Terminal Bonea, malam itu juga saya menyelesaikan tujuan utama kedatangan saya di Pulaua Selayar, sebagaimana yang sudah disebutkan diparagraf kedua tulisan ini. Setelah agenda utama selesai sekitar jam satu malam, saya-pun tidur istirahat dengan tenang. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali berangkat lagi menuju ke Terminal Bonea Benteng Selayar. Kali ini saya memilih menumpangi mobil bis kelas eksekutif Full AC.
Sekitar jam sembilan pagi, saya tinggalkan terminal Bonea Benteng Selayar menuju terminal Mallengkeri Makassar, dengan lirih saya ucapkan dalam hati "tunggu kedatangan saya berikutnya di hari yang telah disepakati".
"Maka berbicaralah kamu berdua (Musa & Harun Alaihimassalam) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang LEMAH LEMBUT, mudah-mudahan ia ingat atau takut" [TQS. Thoha (20):44]