Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallohu 'anhu, bahwasanya Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Safar melakukan perjalanan jauh, meninggalkan rumah, keluarga dan kampung halaman, merupakan salah satu bentuk siksaan, karena dengan safar seseorang bisa terganggu makan dan minum serta tidurnya, dimana tiga hal ini merupakan bentuk kenikmatan dan kenyamanan hidup, yang apabila terganggu maka tentu seseorang akan merasa tersiksa. Belum lagi berbagai kesulitan dan kerepotan serta rasa capek yang dialami.
Kapan Fatimah Pertama Kali ke Makassar...???
Tepatnya di bulan oktober tanggal 9, tahun 2014 M bertepatan dengan tanggal 14 Dzulhijjah 1435 H, Bergerak meninggalkan Terminal Bonea, Selayar dengan mengendarai mobil bus "Mahkota" bersama Abi, Ummy, Dato', dan Tante serta sopir, kernet dan penumpang lainnya. Usianya pada saat itu dua tahun kurang satu bulan 20 hari.
Persiapan Sebelum Safar
Mengingat ini safar pertama kali sejak kelahirannya, dan juga safar pertama kali membawa balita bagi kedua orang tuanya, belum lagi hadits diatas yang menunjukkan bahwa safar itu menyiksa, maka tentu dibutuhkan persiapan lahir dan batin bagi Fatimah sendiri dan juga orang-orang yang bersamanya.
Apa saja yang harus dipersiapkan..??? Silahkan tanya Om Google, siapa tahu ada jawabannya. Meski saya sendiri tidak bertanya, hanya mengandalkan insting belaka. Intinya hanya mempersiapkan jawaban dari pertanyaan "Bagaimana membuat anak usia kurang dua tahun merasa nyaman dalam perjalanan jauh..???"
Masing-masing orang tua pasti tahu jawabannya, kalau sudah tahu jawabannya, maka minimal jawabannya itu yang menjadi bekal diperjalanan agar buah hati tetap enjoy dan merasa nyaman.
Fatimah dan anak seusianya, biasanya gelisah kalau cuaca panas, berarti harus siapkan bedak dingin.
Fatimah dan anak seusianya, biasanya gelisah kalau lapar, berarti harus siapkan makanan dan minuman kesukaannya.
Fatimah dan anak seusianya, biasanya doyan snack atau permen, berarti harus siapkan krupuk, kripik dan YUPI permen kesukaannya.
Fatimah dan anak seusianya, biasanya minta TT, berarti Ummy-nya harus siap atau siapkan TT alternatif (baca : DOT).
Fatimah dan anak seusianya, biasanya diam kalau lagi BAB, berarti hidung harus siaga sebelum wanginya menyebar, juga harus siapkan popok, tissue basah dan pakaian ganti, jangan lupa kantong plastik untuk membungkus dan menutup rapat-rapat popok bekas, agar aromanya tidak mengganggu tetangga.
Fatimah dan anak seusianya, biasanya tidur terus kerjanya, berarti harus siapkan kasur, bantal, sarung, selimut dan peralatan tidur lainnya.
Demikian seterusnya, lihat kebiasaannya, dan bagaimana caranya agar anak tetap merasa nyaman.
Suasana di Mobil dan Kapal Fery pada saat Pergi ke Makassar
Berangkat dari selayar pakai bus besar lengkap dengan AC-nya, membuat Fatimah tidak terlalu lama menikmati perjalanan darat dalam keadaan terjaga, kedua matanya perlahan-lahan tertutup, kedua tangan dan kakinya perlahan-lahan jatuh dan berat badannyapun tak ditopangnya lagi, hanya bersandar dan terbaring dipangkuan ummy-nya, dia-pun tertidur dan nanti terbangun setelah mobil berhenti di dermaga Pamatata menunggu kedatangan kapal fery KM. Bontoharu.
Berbeda pada saat diatas bus, ketika di atas Kapal Fery, Fatimah sangat aktif dan tidak mau duduk dengan tenang, satu persatu anak tangga di kapal fery dihitung, naik ke atas turun ke bawah, bolak balik tanpa rasa lelah dan letih meski kadang bibir mungilnya mengatakan "CAPEK", bukan hanya anak tangga, seluruh mobil dan motor yang diangkut di atas kapal fery juga tidak luput dari obyek hitungannya, satu sampai sepuluh.
Setelah menempuh perjalanan membelah laut antara Pamata Selayar - Bira Bulukumba, perjalanan dilanjutkan lewat darat dengan mobil bus yang sama, Fatimah-pun kembali tertidur dengan pulasnya.
Sesampai di Rumah Makan di Kab. Bantaeng, Fatimah dibangunkan, dengan harapan agar dia bisa ikut menikmati makan siang, namun sayangnya, kondisi Rumah Makan yang tertutup tanpa AC hanya mengandalkan Blower membuat suhu sangat panas luar dalam, akhirnya Fatimah minta pakaiannya dilucuti dan digendong cari angin biar adem.
"Ummy makan dulu nanti kalau sudah selesai baru ambil Fatimah supaya Aby bisa makan"
Setelah menyelesaikan makan siang dengan buru-buru, perjalananpun dilanjutkan. Tidak seperti sebelumnya, kalau sudah naik di mobil, Fatimah segera tidur, kali ini tidak, justru gelisah. Katanya :"Pulang..Pulang..!!", dia minta pulang, kayaknya sudah bosan berada di mobil terus. Ummy-nya turun tangan dengan insting ke-IBU-annya, dia berhasil menenangkan putrinya dan membuatnya tertidur lagi.
Pelajaran Berharga dari Pengalaman Safar Bersama Balita
Bawa bekal jangan seadanya!, jangan seperlunya! jangan juga banyak tapi justru menjadi beban dan bahkan tidak dimanfaatkan, tapi maksimalkan dan yang paling penting adalah yang paling bermanfaat, ketika di jalan dan setelah sampai di tujuan. Demikian pula berjalan menuju akhirat, maksimalkan bekalnya, bawa bekal terbaik dan yang paling bermanfaat yaitu "TAQWA"
Bagi yang lemah mental dan fisiknya, ditambah lagi lemah imannya, hindari safar melalui jalan darat dengan kendaraan umum, bertepatan dengan pelaksanaan sholat Subuh, karena kebanyakan sopir [maaf : tidak semua] menyetir dengan buru-buru, tergesa-gesa takut ketinggalan fery tanpa khawatir dan tanpa rasa berdosa meninggalkan sholat subuh tepat pada waktunya, bahkan tidak mendirikannya sama sekali.
Sebenarnya sangat banyak catatan dan pelajaran berharga yang kita dapatkan dari pengalaman safar pertama kali membawa balita, namun setelah memperhatikan "PRATINJAU" akhirnya saya cukupkan sampai disini, dan kututup dengan do'a semoga Allah senantiasa memberikan segala kemudahan bagi kami, bagi putri kami dalam perjalanan hidup dan kehidupannya di dunia ini serta memberikan hidayah menuju jalan keselematan di akhirat kelak.
«السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ العَذَابِ، يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَنَوْمَهُ، فَإِذَا قَضَى نَهْمَتَهُ، فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ»
“Safar itu bagian dari azab, menghalangi salah seorang di antara kalian dari makan, minum dan tidurnya. Apabila salah seorang di antara kalian telah selesai dari hajatnya, hendaklah ia segera kembali kepada keluarganya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)Safar melakukan perjalanan jauh, meninggalkan rumah, keluarga dan kampung halaman, merupakan salah satu bentuk siksaan, karena dengan safar seseorang bisa terganggu makan dan minum serta tidurnya, dimana tiga hal ini merupakan bentuk kenikmatan dan kenyamanan hidup, yang apabila terganggu maka tentu seseorang akan merasa tersiksa. Belum lagi berbagai kesulitan dan kerepotan serta rasa capek yang dialami.
Kapan Fatimah Pertama Kali ke Makassar...???
Tepatnya di bulan oktober tanggal 9, tahun 2014 M bertepatan dengan tanggal 14 Dzulhijjah 1435 H, Bergerak meninggalkan Terminal Bonea, Selayar dengan mengendarai mobil bus "Mahkota" bersama Abi, Ummy, Dato', dan Tante serta sopir, kernet dan penumpang lainnya. Usianya pada saat itu dua tahun kurang satu bulan 20 hari.
Persiapan Sebelum Safar
Mengingat ini safar pertama kali sejak kelahirannya, dan juga safar pertama kali membawa balita bagi kedua orang tuanya, belum lagi hadits diatas yang menunjukkan bahwa safar itu menyiksa, maka tentu dibutuhkan persiapan lahir dan batin bagi Fatimah sendiri dan juga orang-orang yang bersamanya.
Apa saja yang harus dipersiapkan..??? Silahkan tanya Om Google, siapa tahu ada jawabannya. Meski saya sendiri tidak bertanya, hanya mengandalkan insting belaka. Intinya hanya mempersiapkan jawaban dari pertanyaan "Bagaimana membuat anak usia kurang dua tahun merasa nyaman dalam perjalanan jauh..???"
Masing-masing orang tua pasti tahu jawabannya, kalau sudah tahu jawabannya, maka minimal jawabannya itu yang menjadi bekal diperjalanan agar buah hati tetap enjoy dan merasa nyaman.
Fatimah dan anak seusianya, biasanya gelisah kalau cuaca panas, berarti harus siapkan bedak dingin.
Fatimah dan anak seusianya, biasanya gelisah kalau lapar, berarti harus siapkan makanan dan minuman kesukaannya.
Fatimah dan anak seusianya, biasanya doyan snack atau permen, berarti harus siapkan krupuk, kripik dan YUPI permen kesukaannya.
Fatimah dan anak seusianya, biasanya minta TT, berarti Ummy-nya harus siap atau siapkan TT alternatif (baca : DOT).
Fatimah dan anak seusianya, biasanya diam kalau lagi BAB, berarti hidung harus siaga sebelum wanginya menyebar, juga harus siapkan popok, tissue basah dan pakaian ganti, jangan lupa kantong plastik untuk membungkus dan menutup rapat-rapat popok bekas, agar aromanya tidak mengganggu tetangga.
Fatimah dan anak seusianya, biasanya tidur terus kerjanya, berarti harus siapkan kasur, bantal, sarung, selimut dan peralatan tidur lainnya.
Demikian seterusnya, lihat kebiasaannya, dan bagaimana caranya agar anak tetap merasa nyaman.
Suasana di Mobil dan Kapal Fery pada saat Pergi ke Makassar
Berangkat dari selayar pakai bus besar lengkap dengan AC-nya, membuat Fatimah tidak terlalu lama menikmati perjalanan darat dalam keadaan terjaga, kedua matanya perlahan-lahan tertutup, kedua tangan dan kakinya perlahan-lahan jatuh dan berat badannyapun tak ditopangnya lagi, hanya bersandar dan terbaring dipangkuan ummy-nya, dia-pun tertidur dan nanti terbangun setelah mobil berhenti di dermaga Pamatata menunggu kedatangan kapal fery KM. Bontoharu.
Berbeda pada saat diatas bus, ketika di atas Kapal Fery, Fatimah sangat aktif dan tidak mau duduk dengan tenang, satu persatu anak tangga di kapal fery dihitung, naik ke atas turun ke bawah, bolak balik tanpa rasa lelah dan letih meski kadang bibir mungilnya mengatakan "CAPEK", bukan hanya anak tangga, seluruh mobil dan motor yang diangkut di atas kapal fery juga tidak luput dari obyek hitungannya, satu sampai sepuluh.
Setelah menempuh perjalanan membelah laut antara Pamata Selayar - Bira Bulukumba, perjalanan dilanjutkan lewat darat dengan mobil bus yang sama, Fatimah-pun kembali tertidur dengan pulasnya.
Sesampai di Rumah Makan di Kab. Bantaeng, Fatimah dibangunkan, dengan harapan agar dia bisa ikut menikmati makan siang, namun sayangnya, kondisi Rumah Makan yang tertutup tanpa AC hanya mengandalkan Blower membuat suhu sangat panas luar dalam, akhirnya Fatimah minta pakaiannya dilucuti dan digendong cari angin biar adem.
"Ummy makan dulu nanti kalau sudah selesai baru ambil Fatimah supaya Aby bisa makan"
Setelah menyelesaikan makan siang dengan buru-buru, perjalananpun dilanjutkan. Tidak seperti sebelumnya, kalau sudah naik di mobil, Fatimah segera tidur, kali ini tidak, justru gelisah. Katanya :"Pulang..Pulang..!!", dia minta pulang, kayaknya sudah bosan berada di mobil terus. Ummy-nya turun tangan dengan insting ke-IBU-annya, dia berhasil menenangkan putrinya dan membuatnya tertidur lagi.
Pelajaran Berharga dari Pengalaman Safar Bersama Balita
Bawa bekal jangan seadanya!, jangan seperlunya! jangan juga banyak tapi justru menjadi beban dan bahkan tidak dimanfaatkan, tapi maksimalkan dan yang paling penting adalah yang paling bermanfaat, ketika di jalan dan setelah sampai di tujuan. Demikian pula berjalan menuju akhirat, maksimalkan bekalnya, bawa bekal terbaik dan yang paling bermanfaat yaitu "TAQWA"
Bagi yang lemah mental dan fisiknya, ditambah lagi lemah imannya, hindari safar melalui jalan darat dengan kendaraan umum, bertepatan dengan pelaksanaan sholat Subuh, karena kebanyakan sopir [maaf : tidak semua] menyetir dengan buru-buru, tergesa-gesa takut ketinggalan fery tanpa khawatir dan tanpa rasa berdosa meninggalkan sholat subuh tepat pada waktunya, bahkan tidak mendirikannya sama sekali.
Sebenarnya sangat banyak catatan dan pelajaran berharga yang kita dapatkan dari pengalaman safar pertama kali membawa balita, namun setelah memperhatikan "PRATINJAU" akhirnya saya cukupkan sampai disini, dan kututup dengan do'a semoga Allah senantiasa memberikan segala kemudahan bagi kami, bagi putri kami dalam perjalanan hidup dan kehidupannya di dunia ini serta memberikan hidayah menuju jalan keselematan di akhirat kelak.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".
"Maka berbicaralah kamu berdua (Musa & Harun Alaihimassalam) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang LEMAH LEMBUT, mudah-mudahan ia ingat atau takut" [TQS. Thoha (20):44]